MENCINTAI RASULLAULAH KEPADA MU ALLAH AKU BERSERAH

Sunday, March 13, 2011

JALAN KE ARAH TAQWA

Anak anak ku yang dikasihi Allah,

Taqwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintahNya dan menjahui segala larangan-laranganNya, jadi tidak cukup diartikan dengan takut saja. Rasulullah SAW pada suatu ketika ditanya oleh sahabatnya tentang taqwa. Ya Rasulullah, apakah yang dinamakan taqwa? Rasulullah SAW menjawab : Attaqwaa haa huna (taqwa itu terletak disini) sambil menepuk dada Beliau. Ini berarti taqwa yang berada didalam setiap insan itu terletak pada dirinya masing-masing. Tidak ada seorangpun yang mengetahui, kecuali Allah SWT dan dirinya sendiri.

Namun tanda-tanda taqwa ini banyak kita jumpai dalam al-Qur’anul Kariim antara lain dalam surat al-Baqarah : 2-4 dan Ali Imran : 133-134. Indikator insan yang bertaqwa :

Pertama, percaya kepada ghaib. Yakni yang tak dapat ditangkap oleh pancaindra. Jadi seorang dikatakan bertaqwa jika dia percaya sesuatu yang ghaib. Didalam kehidupan ini ada dua alam, yakni alam syahadah (nyata) dan alam ghaib (tidak nyata). Allah, malaikat, surga neraka, yaumul hisab, yaumul qiyamah dll, semuanya adalah hal yang ghaib yang harus dipercayai oleh para muttaqiin. Berapakah luasnya alam ghaibah itu, kita tidak tahu, kita hanya sebatas tahu alam nyata. Walau sekalipun manusia sudah mencapai bulan, atau planet lain, tetapi ini hanya sebatas alam nyata.

Kedua, menegakkan solat ("shalat"). Shalat menurut bahasa Arab : doa, menurut istilah syara’ ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu’ memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya. Walapun shalat telah kita lakukan bertahun-tahun, namun kadang ini karena memang kita hanya meniru kebiasaan orang tua kita, yang biasa mengerjakan shalat atau memang lingkungan kita yang mendorong kita untuk mengerjakan shalat. Sehingga melakukan shalat hanya sebagai kewajiban saj. Tetapi yang dikehendaki mendirikan shalat dalam ayat ini adalah shalat yang memberi bekas pada jiwa kita, bisa nampak pada peribadi kita. Nampak yang dikehendaki oleh Al-Qur’an adalah tanha anil fahsyaa’ wal munkar (mencegah dari perbuatan keji dan mungkar). Jadi kalau shalat kita belum nampak mencegah mungkar maka shalat kita belum berhasil, sehingga perlu dievaluasi secara menyeluruh. Apakah niat yang belum benar atau syarat rukun belum terpenuhi atau kekusyukannya belum tercapai, atau lainnya. Untuk itu hendaknya setiap kali kita harus selalu meningkatkan derajat shalat kita, sehingga bisa mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Ketiga, menafkahkan sebagian rizki yang diterima. Rizki : segala yang dapat diambil manfaatnya. Menafkahkan sebagian rizki ialah memberikan sebagian dari harta yang telah dirizkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari’atkan oleh agama memberinya seperti orang-orang fakir, miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain. Rizki yang diberikan kita ini sebagai amanah yang harus digunakan untuk kepentingan dijalan Allah. Dan harus kita ambil sebagian untuk orang-orang yang berhak, karena dalam harta kita ada sebagian yang menjadi hak orang lain yang kalau itu tidak dikeluarkan, berarti kita merampas hak orang lain. Rasulullah SAW bersabda : Inna fil maal haqqun siwa zakat (sungguh dalam harta itu ada hak orang lain selain zakat). Dalam surat Ali Imran dinyatakan bahwa kita diharuskan beramal baik dalam keadaan lapang ataupun sempit.

Keempat, beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah. Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad SAW ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Qur’an seperti : Taurat, Zabur, Injil dan shuhuf-shuhuf yang tersebut dalam Al Qur’an yang diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul. Islam mengakui kebenaran Al Qur’an dan didalam Al Qur’an itu juga mengakui kebenaran kitab-kitab terdahulu yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. (Al-Baqarah : 1-4).

Kelima, yakin akan adanya hari akhirat. Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir, yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.

Keenam, bersegera minta ampunan dari Allah SWT. Selalu beristiqfar untuk minta pengampunan Allah SWT atas kesalahan yang mesti kita perbuat dalam setiap langkah kita, baik yang kita sengaja maupun tidak kita sengaja.

Ketujuh, menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Dalam hidup bermasyaratkan tentu tidak luput dari bersinggungan dengan orang lain yang berbeda karakter dan keinginan, berbeda pandangan dan perbedaan-perbedaan yang lain yang mesti ada. Hal ini pasti ada kesalahan mereka kepada kita, baik disengaja maupun tidak. Dalam menyikapi hal seperti ini sebagai insan yang muttaqiin kita diajarkan untuk selalu membuka pintu maaf kepada mereka. (Ali Imran 133-134)

Waullah Hu Aklam.

No comments: